Entri Populer

Kamis, 28 Agustus 2014

TAWASSUL : Pengertian Tawassul dan Dalil dalil Tawassul

Pengertian Tawassul

Diantara amaliyah yang berlaku dalam kalangan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, adalah tawassul ketika berdo’a. Banyak kita jumpai dalam redaksi do’a yang kita panjatkan menggunakan metode tawasul. Ada sebagian redaksi yang berbunyi : “YaAllah dengan karomah wali ini aku meminta kepada-Mu,” atau redaksi lain semisal ; “Wahai wali Allah, kami datang kepadamu untuk menghadap kepada Allah, Ya Allahdengan barokah wali ini aku memohon kepada-Mu, kabulkanlah permin-taanku,” dan atau redaksi-redaksi tawasul yang lain.

Tawassul banyak kalangan keliru dalam memahami substansi tawasul. Karena itu, sebelum kami menghaturkan dalil-dalil yang menunjukkan diperkenankannya tawasul, terlebih dahulu kami ingin sampaikan beberapa hal tentang tawasul dalam pandangan kami.

  a.    Tawassul adalah salah satu metode dalam berdoa dari sekian cara dalam berdo’a kepada AllahSubhanahu Wa Ta’aala. Sedang yang diminta dan diharapkan dapat mengabulkan do’a tiada lain adalahAllah. Obyek yang dijadikan wasilah (perantara)hanya berperan sebagai mediator untuk mendekatkan diri kepada Allah. Siapapun yang meyakini di luar batasan ini berarti ia telah musyrik.

b.    Diantara alasan orang bertawassul adalah karena ia mencintai mediator yang dijadikan wasilah dan meyakini bahwa Allah juga mencintainya. Jika ternyata penilaiannya keliru niscaya ia akan menjadi orang yang paling menjauhinya dan paling membencinya.

c.    Orang yang bertawassul tidak boleh meyakini bahwa media yang dijadikan untukbertawassul kepada Allah itu bisa memberi manfaat dan derita dengan sendirinya (independent) sebagaimana Allah, atau tanpa izin-Nya. Dan barangsiapa yang meyakini demikian niscaya ia musyrik.
d.    Tawassul bukanlah suatu keharusan, dan terkabulnya do’a tidaklah harus dengan cara tawasul. (Mafaahim Yajibu An Tushohhah)

Dalil Dalil Tawassul

Adapun dalil-dalil yang menunjukkan diperbolehkan bertawassul dalam berdo’a diantaranya adalah :

Pertama : Firman Allah dalam al qur’an :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah sebuah perantara untuk menuju kepada Alloh, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.”(QS. Al Maidah : 35)

Dalam ayat diatas Allah memerintahkan untuk mencari wasilah (perantara) dalam mendekatkan diri kepada Allah, baik perantara tersebut berupa amal sholih, atau orang-orang yang dicintai Allah.

Kedua : Firman Allah dalam al qur’an :

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
Dan Alloh memiliki Asmaaul Husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaaul Husna. (QS, Al A’roof : 180)

            Dalam ayat diatas Allah mengajarkan kepada kita untuk menjadikan Asmaa’ul Husna sebagai penghantar (wasilah) do’a kita. Dan tentunya masih banyak ayat-ayat lain yang mengindikasikan diperkenankannya tawasul dalam berdo’a.

Ketiga : Firman Allah dalam al qur’an :

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat.Dan sesungguhnya (sholat) itu berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. (QS, Al Baqoroh : 45)

            Dalam ayat diatas Allah mengajarkan kepada kita untuk menjadikan sholat dan sabar sebagai penghantar (wasilah) do’a agar terkabul keinginan  kita. Sebagian ahli tafsir menjelaskan tentang Sabar yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah berpuasa (tirakat). Ayat tersebut menunjukkan anjuran untuk bertawassul dengan perantara amal sholih.

Keempat : Firman Allah dalam al qur’an :

وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللهِ عَلَى الْكَافِرِينَ
Dan setelah datang kepada mereka Al Qur’an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, Padahal sebelumnya mereka biasa memohon kemenangan atas orang-orang kafir, Maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la’nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.(QS, Al Baqoroh : 89)

Al Hafidh ‘Imaduddin Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya :
{ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا } أي: وَقَدْ كَانُوْا مِنْ قَبْلِ مَجِيْءِ هَذَا الرَّسُوْلِ بِهَذَا الْكِتَابِ يَسْتَنْصِرُوْنَ بِمَجِيْئِهِ عَلَى أَعْدَائِهِمْ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ إِذَا قَاتَلُوْهُمْ  
Firman Allah : (Padahal sebelumnya mereka biasa memohon kemenangan atas orang-orang kafir) yakni, (orang-orang Yahudi) –sebelum datangnya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam dengan mebawa al qur’an- mereka memohon pertolongan dengan datangnya Nabi atas musuh-musuh mereka dari kalangan orang-orang musyrik ketika orang-orang Yahudi berperang dengan mereka.

Kelima : Firman Allah dalam al qur’an :

وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذ ظَّلَمُواْ أَنفُسَهُمْ جَآؤُوكَ فَاسْتَغْفَرُواْ اللهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللهَ تَوَّاباً رَّحِيماً
“Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya, datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rosulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS, An Nisaa : 64)

Al Imam Al Hafidh Ibnu Katsir ketika menjelaskan firman Allah diatas, berkata :
يُرْشِدُ تَعَالَى اَلْعُصَاةَ وَالْمُذْنِبِيْنَ إِذَا وَقَعَ مِنْهُمُ الْخَطَأُ وَالْعِصْيَانُ أَنْ يَأْتُوا إِلَى الرَّسُوْلِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَسْتَغْفِرُوا اللهَ عِنْدَهُ، وَيَسْأَلُوْهُ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَهُمْ، فَإِنَّهُمْ إِذَا فَعَلُوْا ذَلِكَ تَابَ اللهُ عَلَيْهِمْ وَرَحِمَهُمْ وَغَفَرَ لَهُمْ، وَلِهَذَا قَالَ: { لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّابًا رَحِيمًا }
Alloh –subhaanahu wata’ala- memberi petunjuk kepada orang-orang ahli maksiat dan orang-orang yang berdosa, jika mereka jatuh dalam kesalahan dan kedurhakaan hendaknya mereka datang menemui Rosululloh –shollallohu ‘alaihi wasallam- kemudian mereka memohon ampun kepada Allah disisi Nabi dan meminta agar Nabi memohonkan ampun untuk mereka. Jika mereka melakukan hal itu niscaya Allahmenerima taubat mereka, merahmati mereka, serta meng-ampuni mereka. Olah karenanya Allah berfirman : (tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang)

Keenam : Firman Allah dalam al qur’an :

أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا
“orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa diantara mereka yang lebih dekat (kepada Allah). Mereka mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan adzab-Nya. Sungguh, adzab Tuhanmu itu sesuatu yang(harus) ditakuti.” (QS, Al Isro’ : 57)

{ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ } مَعْنَاهُ ، يَنْظُرُوْنَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ إِلَى اللهِ فَيَتَوَسَّلُوْنَ بِهِ
Firman Allah {Siapa diantara mereka yang lebih dekat kepada Allah} maksudnya adalah ; mereka memperhatikan (mencari) siapa yang paling dekat kepada Allah, kemudian mereka berwasilah dengannya. (Tafsir Al Khozin)
Oleh: ustadz Abu Hilya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar